Alhamdulillah,
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para
sahabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Setelah diusir dari surga karena kesombongannya
menentang perintah Allah Ta’ala, setan berjanji akan menyesatkan manusia dengan
segala upaya. Dia datang dari segenap penjuru dan menempuh semua jalan untuk
memuluskan tujuannya tadi sehingga kebanyakan manusia menjadi kufur kepada
Tuhannya.
قَالَ
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ
لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ
وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).” (QS. al-A’raf: 16-17)
Bahkan syetan terlaknat itu menghendaki dari
seribu hamba Allah, Sembilan ratus sembilan puluh sembilan untuk mereka dan
hanya satu untuk Allah.
وَقَالَ
لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا وَلَأُضِلَّنَّهُمْ
وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآَمُرَنَّهُمْ
“Syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari
hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku
benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong
pada mereka. . . ” (QS. Al-Nisa’: 118-119)
Panah-panah bisikan setan senantiasa diarahkan
kepada hati-hati yang beriman. Karenanya, setiap muslim pasti akan merasakan
bisikan tersebut ketika dia mulai menanamkan keimanan, meluruskan dan
memperkuatnya, ketika membenahi ibadah dan kehendaknya.
Setan berusaha menjerat manusia untuk kufur. Bila
gagal, maka dia akan menjerat dengan kebid’ahan. Bila jeratan bid’ah lolos,
maka dia akan menjerat dengan dosa-dosa besar, kemudian dengan jeratan
dosa-dosa kecil. Jika dengan itu masih lolos juga, maka jeratan selanjutnya berupa
perbuatan mubah untuk melalaikan ibadah. Jeratan selanjutnya, setan akan
menyibukkan manusia dengan amal-amal yang kurang utama supaya meninggalkan yang
lebih utama. Dan terakhir, jeratan yang hampir-hampir setiap muslim tidak mampu
meloloskan diri, yaitu penindasan dan penyiksaan musuh-musuh Islam. (Lihat:
Menelanjangi Syetan, Ibrahim bin Muhammad al-Maqdisi, Darul Haq, hal. 132)
Pemahaman
Agama Penangkal dari Setan
Jerat-jerat setan dan syubuhatnya begitu luar
bisa. Sangat beragam dan penuh dengan tipuan. Jika seseorang memiliki pegangan
ilmu, -insya Allah- dia akan menyadarinya. Lekas berlindung kepada Allah, tetap
teguh di atas tuntunan syariah, dan tidak menghiraukan bisikan-bisikan dan
was-was yang dihembuskan setan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ
الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا
فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ () وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ
لا يُقْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari
syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik)
membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya
(menyesatkan).” (al-A’raf: 201-202)
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullaah
pernah menceritakan, “Saya pernah kepanasan dalam suatu bepergian,
hampir-hampir aku mati karena kehausan. Lalu datang awan hitam menaungiku dan
angin dingin bertiup kepadaku sehingga ludah di mulutku mencair lagi. Dan saat
itu aku mendengar ada suara memanggilku, “Wahai Abdul Qadir saya adalah
tuhanmu.” Saya katakan kepadanya, “Apakah Engkau Allah yang tiada tuhan selain
Dia?” Lalu suara itu memanggilku untuk kedua kalinya, “Wahai Abdul Qadir aku
adalah tuhanmu, sekarang aku menghalalkan apa yang sudah aku halalkan
kepadamu?”
Saya katakan kepadanya, “Kamu berdusta dan
sebenarnya kamu adalah setan.” Seketika itu awan itu pecah berantakan dan saya
mendengar dari belakangku ada suara yang memanggilku, “Wahai Abdul Qadir, kamu
selamat dariku karena kefahamanmu terhadap agama dan aku telah berhasil
menfitnah tujuh puluh orang dengan cara ini sebelummu.”
Syaikh Abdul Qadir ditanya, “Bagaimana Anda tahu
itu adalah setan?” Beliau menjawab, “Tatkala dia mengatakan bahwa dia menghalalkan
apa yang diharamkan. Sejak itu saya mengetahuinya, sebab sesudah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak ada orang yang mempunyai hak untuk menghalalkan dan
mengharamkan. Dengan demikian Allah telah menyelamatkan dengan ilmu yang
bermanfaat.” (Dikutip dari Menelanjangi Setan, hal. 139-140)
Orang
Jahil Lebih Mudah Digelincirkan Setan
Kalau pemahaman agama bisa menjadi penangkal dari
godaan setan dan menyelamatkan pemiliknya dari tipu dayanya, maka sebaliknya
kebodohan menjadi jalan masuk setan untuk menyesatkan hamba. Karena itu yang
paling banyak berhasil digelincirkan setan adalah orang yang minim ilmu dien,
walau dia seorang ahli ibadah. Boleh jadi dia sibuk dengan ibadah padahal dia
dalam jerat setan namun tidak menyadarinya.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
فَقِيهٌ
وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
“Satu orang alim ulama lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli
ibadah.” (HR. al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Seorang alim (orang yang dalam ilmu agamanya)
tidak terpedaya dengan tipu daya setan dan senantiasa menyuruh manusia berbuat
baik, padahal setan senantiasa menyuruh berbuat jelek. Setiap setan membuka
pintu hawa nafsu untuk manusia dan menghiasi hati mereka dengan syahwat, maka
seorang alim yang memahami tipu daya dan jerat setan akan menjelaskannya kepada
manusia, menutup segala pintu yang mengarah ke sana sehingga akhirnya setan pun
gigit jari dan merugi. Oleh karena itu, kematian seorang alim jauh lebih
menyenangkan bagi setan daripada kematian seorang ‘abid.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu,
bahwa syetan berkata kepada Iblis, “Wahai pemimpin kami, sesungguhnya kami
bergembira atas kematian satu orang alim dan tidak bergembira atas kematian
seorang ahli ibadah.”
Kisah
Barseso
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu
menceritakan, ada seorang ahli zuhud bernama Barseso. Dia beribadah dalam kuil
selama tujuh puluh tahun yang tidak pernah bermaksiat sedikitpun. Lalu iblis
ingin menggoda dengan ilmu hilah (rekayasa), maka pada suatu saat dia
mengumpulkan para pembesar setan dan berkata, “Adakah di antara kalian yang
mampu merusak Barseso?” Setan putih berkata kepada Iblis, “Saya sanggup
merusaknya.” Lalu ia berangkat ke tempat Barseso dengan mengenakan pakaian
ulama dan mengenakan sesuatu di atas kepalanya, lalu datang ke kuil Barseso dan
memanggilnya. Tetapi dia tidak menjawabnya.
Barseso tidak berhenti dari beribadah kecuali
setiap sepuluh hari sekali. Tatkala setan putih tak mampu mengambil perhatian
Barseso, maka dia berpura-pura shalat dan beribadah di dalam kuil itu. Maka
setelah Barseso selesai dari shalat dan ibadahnya, dan ingin beranjak keluar,
dia melihat setan putih itu tampil seperti ulama yang sedang shalat dan
beribadah dengan bentuk yang sangat bagus. Lalu Berseso bertanya kepadanya,
“Kamu tadi memanggilku sementara aku sedang sibuk shalat, apa yang kamu
perlukan?”
Dia menjawab, saya ingin bersamamu untuk belajar
ilmu dan menirukan amalmu serta kita bersama beribadah sehingga aku bisa
mendoakanmu dan kamu juga mendoakanku.”
Barseso berkata, “Saya tidak bisa bersamamu, jika
kamu seorang mukmin, maka kamu mendapatkan bagian dari doaku yang kutujukan
bagi semua orang mukmin.” Kemudian dia beranjak shalat dan meninggalkan setan
itu. Maka setan itu pun beranjak shalat dan setelah itu Barseso tidak menoleh
kepadanya selama empat puluh hari.
Setelah Barseso selesai shalat, dia melihat setan
sedang berdiri shalat. Tatkala dia melihat kesungguhannya, maka dia berkata
kepadanya, “Apa yang kamu butuhkan?” Setan menjawab, “Saya ingin kamu memberi
izin kepadaku untuk naik ke kuil bersamamu.” Lalu dia memberi izin naik di kuil
dan beribadah bersama Barseso beberapa waktu, tidak berbuka dan tidak berhenti
dari ibadah kecuali setelah empat puluh hari bahkan terkadang sampai delapan
puluh hari. Maka tatkala melihat kesungguhan dia dalam beribadah, Barseso
merasa rendah hati berada di hadapannya dan kagum terhadap kehebatan ibadah
setan putih itu. Dan setelah lama beribadah bersama Barseso, setan berkata
kepadanya, “Saya ingin pergi karena saya memiliki teman selain kamu. Saya
mendapat berita kamu lebih baik daripadanya, ternyata saya mendapatkan sesuatu
yang tidak sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya.”
Kemudian Barseso merasakan sesuatu yang besar
dalam batinnya sehingga tidak mau berpisah dengannya karena dianggap lebih baik
ibadahnya daripada dirinya.
Ringkas cerita, pada saat berpisah, setan
mengajari Barseso doa-doa untuk menyembuhkan orang sakit dan gila. Kemudian
setan putih itu mengganggu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara
laki-laki. Dahulu bapak mereka adalah raja, setelah bapaknya meninggal, ia
digantikan saudara laki-lakinya, yaitu paman gadis itu. Setan menyiksa dan
mencekik gadis tersebut. Lalu setan datang kepada keluarga tersebut dan
mengabarkan tentang Barseso yang mampu mengobatinya. Setan menyaratkan agar
gadis itu ditinggal bersama Barseso dan mempercayakan kepadanya karena dia
seorang ahli ibadah.
Pada awalnya Barseso menolak gadis itu untuk
dititipkan padanya. Namun akhirnya, saudara-saudaranya membuatkan kuil dekat
kuil Barseso dan meninggalkan saudara gadisnya di sana.
Setelah selesai shalat, Barseso melihat ada gadis
cantik berada di dekatnya. Maka dia mulai jatuh hati dan tergoda. Lalu setan
mengganggu gadis itu, lalu Barseso berdoa dengan doa yang diajarkan setan
dahulu. Setan itupun keluar dan pergi dari gadis itu. Kemudian dia mulai shalat
lagi, setan itu datang kembali dan mengganggu sang gadis. Maka tanpa sengaja
tubuh gadis itu terbuka dan setan membisikkan Barseso, “Gaulilah gadis itu dan
setelah itu kamu bisa bertaubat.” Dan setan pun berhasil, Barseso menggauli
gadis tersebut sehingga gadis itu hamil dan terlihat mengandung.
Kemudian setan berkata kepada Barseso, “Celaka
kamu Barseso, bila perbuatanmu itu terungkap. Maukah kamu membunuhnya dan setelah
itu kamu bisa bertaubat. Dan apabila keluarganya menanyakan, maka katakan pada
mereka bahwa gadis itu dibawa kabur oleh setan yang telah mengganggunya dan
kamu tidak kuasa melawannya.” Maka Barseso masuk ke tempat gadis itu dan
membunuhnya, lalu dikuburkan di lerang gunung. Pada saat Barseso mengubur gadis
itu, setan datang dan menarik ujung pakaian gadis itu sehingga tidak tertimbun
tanah dan nampak. Kemudian Barseso kembali ke kuil dan beribadah, tiba-tiba
ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan
keadaannya, “Wahai Barseso, apa yang telah kamu lakukan terhadap adik kami?”
Dia menjawab, “Setan datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka mereka
percaya dan pulang. Pada saat malam hari dalam suasana duka, setan datang dalam
mimpi saudara gadis itu yang paling besar dan memberitahukan kejadian yang
menimpa adiknya. Namun, orang tersebut tidak mempercayai mimpi itu dan
meyakininya berasal dari setan. Setelah tiga malam berturut-turut datang dalam
mimpi saudara paling besar tadi, namun tidak dihiraukan maka setan mendatangi
kakak yang kedua dan ketiga, memberitahukan seperti yang disampaikan kepada
kakak yang pertama. Kemudian ketiganya saling menceritakan apa yang dilihat
dalam mimpi mereka dan ternyata sama. Lalu setan mendatangi mereka dan
memberitahukan tempat dikuburnya adik mereka dengan ujung pakaiannya yang masih
kelihatan. Lalu mereka pergi ke tempat yang ditunjukkan setan dan mendapati apa
yang diberitakan olehnya.
Kemudian mereka pulang kepada keluarga dan familinya,
lalu mendatangi kuil Barseso dengan membawa linggis dan kapak. Mereka
menghancurkan kuil Barseso dan menangkapnya lalu dibawa di hadapan raja. Setan
kembali membisiki Barseso, “Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah
perbuatan itu,” sehingga akhirnya Barseso mengakui perbuatannya. Lalu sang raja
menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan disalib di kayu.
Pada saat disalib, setan putih mendatanginya.
Lalu setan menawarkan bantuan untuk menyelamatkannya dengan bersujud kepada
setan. Barseso menyetujuinya dan bersujud kepadanya. Setelah itu setan pun
meninggalkannya dan berujar, “Wahai Barseso! Inilah yang saya kehendaki darimu.
Akhirnya kamu mengikutiku dan kafir terhadap Tuhanmu. Sesungguhnya aku berlepas
diri dari perbuatanmu dan aku takut terhadap Tuhan semesta alam.” Allah Ta’ala
berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17,
كَمَثَلِ
الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي
بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي
النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
“Seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia:
"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata:
"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut
kepada Allah Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa
sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya.
Demikianlah balasan orang-orang yang dzalim.”(Diringkas dari Mashaibul Insan min Makaid syaithan oleh Syaikh al-Maqdisi al-Hanafi, Imam Thabari menyebutkan kisah Barseso ini dalam tafsirnya QS. Al-Hasyr: 16-17 dari jalur Ibnu Mas’ud, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa Nihayah Juz II)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yang Sabar kalo koment masih dalam perbaikan
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.